Kamis, 02 Agustus 2012

kewirausahaan


Kewirausahaan (Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.[rujukan?] Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.[rujukan?] Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.[rujukan?]
Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment).[rujukan?] Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu.[rujukan?] Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian.[rujukan?] Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya[rujukan?] dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan.[rujukan?]Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.

Minggu, 13 Mei 2012




2.1 Pengertian Model Pembelajaran Langsung (Model Direct Intruction)

Model pembelajaran langsung merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur, 2000a :2). Arends (2001:264) juga mengatakan hal yang sama yaitu :”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model”.
Model pembelajaran adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,  gambar,  peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu atau pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa. Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi atau materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan atau mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.





2.2 Tujuan Pembelajaran Langsung
Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dari teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam belajar atau tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam menegerjakan tugas sangat positif. Dengan demikian, model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Dengan demikian pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan tertentu. 
2.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Langsung
Tiga fase dari kesepakatan model dengan praktek dalam berbagai kondisi bantuan. Tiga tingkat fungsi praktek dengan cara berikut. 
Prinsip pertama ketika siswa pertama kali diperkenalkan ke keterampilan baru atau konsep, guru mengarahkan kelompok melalui setiap langkah dalam mengerjakan masalah. Idenya adalah untuk memastikan bahwa beberapa kesalahan yang dihasilkan dalam tahap pembelajaran awal, ketika memori yang paling rentan untuk mengingat praktek yang salah dan ketika kesalahan memperkuat informasi yang salah.  Selama ini guru memberikan umpan balik korektif atas kesalahan yang dihasilkan juga sebagai penguat untuk praktek yang benar. Ketika siswa dapat berlatih dengan akurasi, mereka siap untuk independen praktek-yaitu, untuk latihan di bawah kondisi ketika bantuan ini tidak tersedia. Pekerjaan rumah adalah contoh dari praktek independen. Langkah terakhir dalam perkembangan praktek adalah tingkat penguasaan; siswa melakukan keterampilan secara independen dengan kesalahan minimal.
Prinsip kedua berkaitan dengan panjang setiap sesi latihan. Penelitian menunjukkan bahwa, secara keseluruhan, semakin banyak seseorang melakukan suatu keahlian, semakin lama dia melupakannya. Prinsip umum membimbing panjang waktu yang disarankan untuk praktek adalah: pendek, intens, sangat termotivasi Periode Praktek menghasilkan belajar yang lebih dari periode praktek lebih sedikit tetapi lebih lama. Misalnya, dengan siswa yang lebih muda, pendek, 5 sampai 10 menit sesi latihan diselingi selama beberapa hari atau serangkaian hari akan lebih efektif daripada yang lama, 30 sampai 40 menit sesi. Siswa yang lebih tua mampu menangani sesi latihan lebih lama, tetapi, bagi mereka juga, sesi pendek banyak dengan umpan balik yang jelas tentang prigress melunasi.
Prinsip ketiga adalah kebutuhan untuk memantau praktek tahap awal karena kinerja yang tidak benar pada tahap ini akan mengganggu belajar. Siswa membutuhkan umpan balik korektif untuk mencegah prosedur yang salah dari menjadi tertanam dalam ingatan mereka. Umpan balik perbaikan segera (yaitu, informasi tentang bagaimana melakukan dengan benar) akan membalikkan kesalahpahaman awal proses instruksional.
2.4 Karakteristik Model Pembelajaran Langsung
Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks atau tahapan pembelajaran. Di samping harus memperhatikan sintaks, guru yang menggunakan model pembelajaran langsung juga harus memperhatikan variabel-variabel lingkungan lainnya, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu dan dampak netral dari pembelajaran. Fokus akademik diartikan sebagai prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa, selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan. Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika guru memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan pembelajaran, dan meminimalisasikan kegiatan non akademik diantara siswa. Kegiatan pembelajaran diarahkan pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa. Dengan demikian pembelajaran langsung sangat mengoptimalkan penggunaan waktu. Sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996:349) adalah sebagai berikut:
1.    Orientasi
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: a) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, b) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran, c) memberikan penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan, d) menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran, dan e) menginformasikan kerangka pelajaran.
2.    Presentasi
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: aktif, efektif dan meyenangkan: a) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek, b) pemberian contoh-contoh konsep, c) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas, d) menghindari disgresi, e) menjelaskan hal-hal ulang yang sulit.
3.    Latihan Terstruktur
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakuakan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
4.    Latihan Terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengakses kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.



5.    Latihan Mandiri
Pada fase ini siswa melakukan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugaas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.
2.5 Sistem Sosial dan Aplikasi
Sistem Sosial
Sistem sosial sangat terstruktur Prinsip reaksi. Prinsip-prinsip reaksi diatur oleh kebutuhan untuk memberikan pengetahuan hasil, membantu siswa kecepatan sendiri, dan menawarkan penguatan. Sistem pendukung termasuk tugas-tugas belajar diurutkan, kadang-kadang rumit sebagai set dikembangkan oleh tim instruksi individual diresepkan.
Aplikasi
Aplikasi yang paling umum adalah dalam studi informasi dasar dan keterampilan dalam bidang kurikulum inti. Sejumlah program skala besar yang dibangun sekitar intruksi langsung telah diarahkan pada ekonomi miskin, anak-anak mencapai rendah. Dalam evaluasi proyek tindak lanjut, sebuah federal program bahwa kepala diperpanjang mulai ke tingkat sekolah dasar, universitas model instruksi langsung oregon yang diproduksi lebih banyak perbedaan yang signifikan pada kedua tindakan kognitif dan afektif dari salah satu dari delapan program utama lainnya (Becker, 1977). Keseluruhan siswa dalam program ini berubah dari jauh di bawah 25 percintile nasional dalam membaca, matematika, dan ejaan sebelum memulai program, untuk berada di persentil ke-50 atau di atas di kelas tiga. Program ini menekankan "kecil kelompok, wajah wajah instruksi oleh guru menggunakan hati-hati diurutkan, pelajaran sehari-hari dalam membaca, aritmatika dan bahasa" (Becker, Engelmann, carnine, dan imitasi, 1981). "Sebuah konsep diri yang positif dipandang sebagai dengan mengajar af produk yang baik dan bukan sebagai tujuan yang akan dicapai secara abstrak" (Becker, 1977)
2.6 Kelebihan  dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung
      Kelebihan Model Pembelajaran Langsung:
  • Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
  • Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
  • Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
  • Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
  • Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
  • Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
  • Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
  • Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi. Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
  • Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
  • Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari.
  • Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
  • Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
  • Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
  • Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
     Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung:
  • Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
  • Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
  • Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
  • Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
  • Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
  • Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.
  • Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
  • Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini.
  • Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
  • Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
  • Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.
  • Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.















Sabtu, 21 Januari 2012

teori belajar PAKEM


MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan)
 







Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Sjarkawi, M. Pd

Disusun Oleh:
Rika Purnama M.S (A1A110044)


PENDIDIKAN EKONOMI
PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS JAMBI
2011/2012

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “ Belajar dan Pembelajaran” dengan judul “ Teori Belajar PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan)”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Sjarkawi, M. Pd atas bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dan semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini, penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu penulis membuka diri untuk masukan yang membangun, baik itu berupa kritik dan saran. Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Jambi, Desember  2011

Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan)....................................... 3
2.2 Pilar-pilar PAKEM................................................................................................................ 4
2.3 Apa yang Harus Dilakukan dalam Pelaksanaan PAKEM........................................................ 5
2.4 Cara Penerapan Metode Belajar Aktif  Bagi Siswa dan Guru ................................................. 7
2.5 Strategi Pembelajaran Aktif.................................................................................................... 8
2.6 Penerapan Metode Belajar Aktif dalam Pembelajaran Berbasis Proyek................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................10
3.2 Saran.....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA






BAB II
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Inti proses belajar adalah perubahan pada diri individu dalam aspek pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungan. Belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Dengan kata lain suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil bila dalam diri individu terbentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, atau kebiasaan baru yang secara kualitatif lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar dapat terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan belajar secara mandiri atau sengaja dirancang. Orang yang belajar mandiri secara individual dikenal sebagai otodidak, sedangkan orang yang belajar karena dirancang dikenala sebagai pembelajaran formal. Proses belajar sebagian besar terjadi karena memang sengaja dirancang. Proses tersebut pada dasarnya merupakan system atau prosedur penataan situasi dan lingkungan belajar agar memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem dan prosedur inilah yang dikenal sebagai proses pembelajaran aktif.
Proses belajar yang baik adalah proses belajar yang memungkinkan para pembelajar aktiif melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik secara mental maupun secara fisik. Model proses ini dikenal sebagai pembelajaran aktif atau pembelajaran interaktif dengan karakteristiknya sebagai berikut: (1) Adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok dan perorangan. (2) Dosen berperan sebagai fasilitator belajar, narasumber dan manajer kelompok kelas demokratis. (3) Keterlibatan mental pikiran dan perasaan siswa tinggi. (4) Penerapkan pola komunikasi yang banyak. (5) Suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang dan tetap terkendali oleh tujuan. (6) Potensial dapat menghasilan dampak intruksional dan dampak penggiring lebih efektif. (7) Dapat digunakan di dalam atau di luar kelas.
Dalam Proses Belajar aktif ada yang namanya model pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), maka dari situlah kami mengangkat topik pembahasan tentang PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan).







1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1)      Apa pengertian tentang PAKEM ?
2)      Bagaimana pilar-pilar PAKEM tersebut?
3)      Apa yang harus diperhatikan melaksanakan PAKEM ?
4)      Bagaimana metode  penerapan belajar aktif yang benar  bagi siswa dan guru ?
5)      Bagaimana strategi pembelajaran aktif itu ?
6)      Bagaimana penerapan belajar aktif dalam pembelajaran berbasis proyek ? 

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1)      Menjelaskan pengertian dari PAKEM
2)      Mengetahui pilar-pilar PAKEM tersebut
3)      Menjelaskan pelaksanaan PAKEM itu sendiri
4)      Menjelaskan metode penerapan belajar aktif yang benar bagi siswa dan guru
5)      Mengetahui strategi pembelajaran aktif
6)      Menjelaskan bagaimana penerapan belajar aktif dalam pembelajaran berbasis proyek















BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan)  
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini dipikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinana kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya sebagian orang ada yan berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan penglihatan, auditori atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
Kreatif damaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi bebagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidajk efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain biasa.
Pelaksanaan PAKEM bertujuan untuk menciptakan suasana lingkungan belajar yang mengkondisikan siswa untuk menguasai keterampilan-keterampilan, pengetahuan dan sikap yang baik, untuk mempersiapkan diri siswa dalam kehidupannya kelak, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

 2.2 Pilar-pilar PAKEM
            Dalam PAKEM terdapat empat pilar utama, yaitu : (a) Aktif, ( b) Kreatif, ( c) Efektif, dan d) Menyenangkan. Sedangkan huruf “P” merupakan pembelajaran yang didefenisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan atau pengatur suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik. Dengan demikian pada waktu peserta didik belajar, pilar-pilar PAKEM berikut harus dirancang:
1) Pembelajaran aktif, yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik, daripada berpusat pada guru.untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dipegang guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berfikir dan berbuat. Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator.
2) Pembelajaran kreatif, yaitu pembelajaran yang mentimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaat sumber belajar yang ada.
Strategi mengajar untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah:
1.      Memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru
2.      Bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa
3.      Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran siswa
4.      Penekanan proses bukan penilaian hasil akhir karaya siswa
5.      Memberikan waktu yang cukup untuk siswa berpikir dan menghasilkan karya
6.      Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah kreativitas seperti : “ mengapa”. “bagaimana”, “apa yang terjadi jika ……” dan bukan pertanyaan “apa” , “kapan”.
Berikut ini hal-hal lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi guru kreatif :
1.      Mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga mampu memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
2.      Mampu menciptakan Kegiatan belajar yang dibuat memperhatikan/ menyesuaikan dengan level perkembangan kognisi, mental dan emosi dari siswa.

Strategi mengajar yang dapat mengembangkan kreativitas siswa akan menghasilkan siswa-siswa yang kreatif dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1.      Mampu memotivasi diri
2.      Berpikir kritis
3.      Daya imaginasi tinggi (imaginative)
4.      Berpikir orisil/ bukan kutipan dari Guru
5.      Memiliki tujuan untuk ingin berprestasi
6.      Menyampaikan pemikiran dengan bahasa sendiri
3) Pembelajaran efektif, secara harfiah efektif memiliki makna manjur, mujarab, berdampak, membawa pengaruh, memiliki akibat dan membawa hasil. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung (seperti dicantumkan dalam tujuan pembelajaran).
4) Pembelajaran yang menyenangkan . Menurut hasil penelitian, konsentrasi yang tinggi terbukti meningkatkan hasil belajar. Dalam penelitian mengenai otak dan pembelajaran mengungkapkan fakta yang mengejutkan, yaitu apabila sesuatu dipelajari secara sungguh-sungguh (dimana perhatian yang tinggi dari seorang tercurah ) maka, struktur internal system syaraf kimiawi  seseorang berubah. Di dalam diri seseorang tercipta hal-hal baru seperti jaringan syaraf baru, jalur elektris baru, asosiasi baru, dan koneksi baru.
Dave Meier (2002:36) memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar dalam keadaaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana rebut, hura-hura, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal.
2.3  Apa yang Harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAKEM

1. Memahami Sifat yang Dimiliki Anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
2. Mengenal Anak Secara Perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3. Memanfaatkan Perilaku Anak dalam Pengorganisasian Belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.
Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
4. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Kemampuan Memecahkan Masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir.
Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
5. Mengembangkan Ruang Kelas Sebagai Lingkungan Belajar yang Menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6. Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar.
Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
7. Memberikan Umpan Balik yang Baik Untuk Meningkatkan Kegiatan Belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
8. Membedakan Antara Aktif Fisik dan Aktif Mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM.
Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEM’.
2.4 Cara Penerapan Metode Belajar Aktif yang Benar Bagi Siswa dan Guru Sama-sama  Aktifnya.
           Metode belajar aktif atau disebut sebagai metode PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan) saat ini mulai dirasakan pentingnya dikalangan praktisi pendidik. Dikarenakan metode ini agaknya menjadi jawaban bagi suasana kelas yang kaku, membosankan, menakutkan, menjadi beban dan tidak membuat betah dan tidak menumbuhkan perasaan senang belajar bagi anak didik. Alih-alih membuat membuat anak mau menjadi pembelajar sepanjang hayat yang terjadi malah kelas dan sekolah menjadi momok yang menakutkan bagi sisiwa. Cara belajar siswa aktif merupakan tantangan selanjuttnya bagi para pendidik. Sebab dari KTSP yang diberlakukan sekarang ini adalah pembelajaran aktif. Dalam pembelajaran aktif baik guru dan siswa sama-sama menjadi mengambil peran yang penting.
ü Guru sebagai pihak yaitu:
v  Merencanakan dan mendesain tahap scenario pembelajaran yang aan dilaksanakan di    dalam kelas.
v  Membuat strategi pembelajaran apa yang inginkan (strategi yang umum di pakai adalah belajar dengan kerjasama)
v  Membayangkan interaksi apa yang mungkin akan terjadi antara guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.
v  Mencari keunikan siswa, dalam hal ini berusaha mencari sisi cerdas dan modalitas belajar siswa dengan demikian sisi kuat dan sisi lemah siswa menjadi perhatian yang setara dan seimbang.
v  Menilai siswa dengan cara yang transparan dan adil yang harus ada penilaian kinerja serta proses kognitif, efektif, dan skill (baiasa disebut psikomotorik).
v  Melakukan macam-macam penilaian misalanya tes tertulis, performa (penampilan saat presentasi, debat dll) dan penugasan atau proyek.
v  Membuat portopolio pekerjaan siswa.  


ü Siswa menjadi pihak yang:
v  Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir
v  Melakukan riset sederhana
v  Mempelajari ide-ide serta konsep-konsep baru dan menantang
v  Memecahkan masalah (problem solving)
v  Belajar mengatur waktu dengan baik
v  Melakukan kegiatan pembelajaran secara sendiri atau berkelompok (belajar menerima pendapat orang lain, siswa belajar menjadi team player).
v  Mengaplikasikan hasil pemblajarn lewat tindakan atau action.
v  Melakukan interaksi social (melakukan wawancara, survey, terjun ke lapangan, mendengarkan guest speaker).
v  Banyak kegiatan yang dilakukan dengan kelompok. 
2.5 Strategi Pembelajaran Aktif
            Sebagaimana ditegaskan oleh para teoritis belajar seperti Crow and Crow (1963), Gagne (1965), dan Hilgard and Bower (1966) dalam Knowles (1990), inti proses belajar adalah perubahan pada diri individu dalam aspek-aspek pengethuan, sikap, keterampiln, dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungannya. Atau bila kita ambil Kolb (1986), mengatakan bahwa “belajar adalah proses membangu pengetahuan melalui transformasi pengalaman”. Dengan kata lain suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil bila dalam diri individu terbentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, atau kebiasaan baru yang secara kualitatif lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar dapat terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan belajar secara mandiri atau sengaja dirancang.
Ø Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada:
1.      Berpusat pada peserta didik
2.      Mengembangkan kreativitas peserta didik
3.      Suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna
4.      Prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)
5.      Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna
6.      Belajar melalui berbuat, peserta didik aktif berbuat
7.      Menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan
8.      Pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya
9.      Menggunakan pembelajaran tuntas sekolah

 2.6  Penerapan Metode Belajar Aktif dalam Pmbelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran aktif, kedua-duanya saling berkaitan. Pembelajaran aktif merupakan ruh dari pembelajaran berbasis proyek. Istilah yang sekarang ada dan memiliki esensi yang sama dengan belajar aktif adalah PAKEM atau pembelajaran aktif, efektif, dan menyenangkan. Istilah ini ada dalam kerangkan peningkatan mutu pendidikan manajemen berbasis sekolah (MBS). PAKEM adalah dua pilar dari empat pilar MBS. Dua pilar lainnya adalah manajemen yang transparan, dan keterlibatan masyarakat pendidikan.
Sedangkan pembelajaran berbasis proyek adalah proyek perseorangan atau grup dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. Saat pengerjaan kelas menggunakan berbagai macam bahan-bahan, dengan pendekatan belajar aktif atau berpusat pada siswa. Menggunakan: kontruktivis, problem solving, inquiry, riset, integrated studies, pengetahuan dan ketrampilan, evaluasi, refleksi, dll.
Dua metode diatas mempertimbangkan aspek:
a.     Gaya belajar siswa
b.    Taksonomi pembelajaran
c.     Kecerdasan majemuk
Secara garis besar, PAKEM dapat diterangkan sebagai berikut:
1.      Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2.      Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3.      Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
4.      Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5.      Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, tulisan di atas tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengembangan visi dan misi di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) salah satu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Dengan demikian selama dalam proses pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Di sini juga harus ada yang namanya pilar-pilar PAKEM pembelajar aktif, pembelajaran kreatif, pembelajaran efektif dan pembelajaran meyenangkan. Dengan pilar-pilar tersebut guru bisa mengkondisikan belajar itu sendiri, di dalam PAKEM banyak sekali terdapat metode-metode pembelajaran dengan model langsung dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi langkah.
Dan peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.
Serta untuk dapat melaksanakan pembelajaran PAKEM dengan baik guru diharapkan membuat perencanaan secara detail baik materi maupun strategi dalam mengajar atau model yang digunakan dalam pembelajaran.
3.2 Saran
            Seperti kita ketahui PAKEM itu harus bisa ditingkatkan lagi dalam hasil belajar. Di samping itu pula pendidikan sangat penting, karena merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen peningkatan metu sekolah dasar: dari sentralisasi menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Umaedi (1999) Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Directorate Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah, Directorate Pendidikan Menengah Umum. Indonesia, Jakarta